Kuliner Pindang Kerbau Simbol Toleransi Ajaran Sunan Kudus

Kuliner Pindang Kudus
Kuliner Pindang Kerbau Kudus

Kudus, narasiana.id-Pindang merupakan jenis masakan sejenis rawon yang dikenal masyarakat Jawa. Namun, di Kudus, Jawa Tengah, pindang disajikan dalam bentuk berbeda dari daerah lain. Paduan bumbu Nusantara yang terdiri atas bawang merah, bawang putih, kemiri, kluwek, terasi, garam, dan santan dipadu dengan daging kerbau.

Kuah pindang bercampur daging kerbau membuat masakan itu tak ditemui di daerah lain di luar Kudus. Bahkan, agar beraroma harum, pindang kerbau yang menjadi kuliner khas Kudus dipadukan dengan daun melinjo segar.

Tak sulit mendapati kuliner khas Kudus, pindang kerbau di Kota Kretek. Tak hanya di pusat kuliner Kudus, Taman Bojana di seputaran Alun-Alun Simpang Tujuh Kudus, pindang kerbau juga tidak sulit didapatkan di sejumlah sudut Kota Kudus.

Kompleks kuliner lain di Kudus, seperti Sleko Gang 1 juga mudah menemui pindang kerbau. Di luar itu, ada banyak warung atau rumah makan khas pindang kerbau yang merupakan menu sandingan soto kerbau di Kudus, seperti di Jalan Johar dan Jalan Tanjung.

Mulyadi, merupakan satu dari sekian banyak penjaja pindang kerbau di Kudus. Pria berusia lebih dari 60 tahun itu, mengawali berjualan pindang kerbau dengan cara berkeliling sejak 1987.

Tiga tahun berselang dia memilih mangkal sebagai pedagang kaki lima di Jalan Kutilang, Sleko Gang 1 Kudus. Warung seadanya itu pun semakin ramai sehingga Mulyadi yang biasa berjualan didampingi anaknya Sugiarto tak lagi ngider.

Bahkan, kini warungnya yang buka mulai jam 17.00 semakin populer di Sleko Gang 1 Kudus. Tak hanya pindang kerbau, di warung yang kini menempati tempat permanen yang relatif representatif juga menjajakan menu andalan soto kerbau.

Bukan sebatas kuliner, pindang kerbau memiliki nilai sejarah bagi Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Termasuk masakan berbahan daging kerbau lainnya, seperti soto dan sate.

Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus KH Em Nadjib Hasan menyebut, kemunculan masakan berbahan daging kerbau tak lepas dari nilai toleransi yang diajarkan Sunan Kudus Raden Ja’far Sodiq.

Semasa hidupnya, Sunan Kudus sangat kuat memegang prinsip penghormatan terhadap pemeluk agama Hindu. Mengingat, kala itu terdapat masyarakat pemeluk agama Hindu yang menghormati binatang sapi.

Penghormatan tersebut diwujudkan dengan pelarangan pengikutnya untuk memotong sapi. Tujuannya untuk menjaga relasi sosial pemeluk Islam dan Hindu.

Dari situ, masyarakat Kudus lebih memilih menyembelih kerbau untuk mengonsumsi daging. Itu sebagai ganti dari sapi.

“Ini juga bisa dilihat sebagai strategi dakwah Sunan Kudus yang mengajarkan kedamaian,” jelas Kiai Nadjib Hasan.

Itulah selintas masakan khas Kudus yang banyak berbasis bahan baku daging kerbau, seperti pindang, soto, dan sate. Produk kuliner yang muncul, disebut Kiai Nadjib kuat dipengaruhi nilai dakwah yang damai dan penuh toleransi.(ko1-nsa)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *